Tuesday, June 17, 2014

Tugas 3.5: Teori Ekonomi Schumpeter

Joseph Alois Schumpeter pertama kali mengemukakan teori pertumbuhan ekonominya dalam buku Theory of Economic Development yang terbit dalam bahasa Jerman pada tahun 1911 dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1934. Kemudian beliau kembali membuat buku Business Cycles (1939) dan Capitalism Socialism, and Democrazy (1942) yang memuat revisi dan uraian tentang teori pembangunan.

Salah satu pendapat Schumpeter yang penting adalah landasan teori pembangunannya yaitu keyakinannya bahwa sistem kapitalisme merupakan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang pesat. Namun demikian, Schumpeter meramalkan secara pesimis bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalisme akan mengalami kemandegan (stagnansi).

Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para inovator atau entrepreneur (wiraswasta). Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur. Dan kemajuan ekonomi tersebut diartikan sebagai peningkatan output total masyarakat.

Dalam membahas perkembangan ekonomi, Schumpeter membedakan pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi walaupun keduanya merupakan sumber peningkatan output masyarakat. Menurut Schumpeter pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi” produksi itu sendiri. Misalnya kenaikan output yang disebabkan oleh pertumbuhan stok modal tanpa perubahan teknologi produksi yang lama.

Sedangkan pembangunan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi ini berarti perbaikan “teknologi” dalam arti luas, misalnya penemuan produk baru, pembukaan pasar baru dsb. Inovasi tersebut menyangkut perbaikan kuantitatif dari sistem ekonomi itu sendiri yang bersumber dari kreativitas para wiraswastanya.


Menurut Schumpeter, makin tinggi tingkat kemajuan perekonomian, maka makin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat dan pada akhirnya akan terjadi keadaan yang tidak berkembang (stationary state). Akan tetapi, berbeda dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi.


Menurut Schumpeter ada 5 macam kegiatan yang termasuk sebagai inovasi:

1. Diperkenalkannya produk baru yang sebelumnya tidak ada
2. Diperkenalkannya cara berproduksi baru
3. Pembukaan daerah-daerah pasar baru
4. Penemuan sumber-sumber bahan mentah baru
5. Perubahan organisasi industry sehingga efisiensi industry


Kritik Terhadap Teori Schumpeter

1. Keseluruhan teori Schumpeter didasarkan pada inovator yang dianggapnya sebagai pribadi yang ideal. Orang seperti itu ditemui pada abad ke-18 dan 19. Pada masa itu, inovasi dilakukan oleh para pengusaha atau penemu (pencipta). Tetapi sekarang, semua bentuk inovasi merupakan bagian dari fungsi perusahaan modal bersama. Inovasi dianggap sebagai kebiasaan sehari-hari perusahaan industri dan tidak memerlukan inovator semata-mata.

2. Menurut Schumpeter, pembangunan ekonomi adalah akibat dari proses siklis. Pasang naik dan pasang surut tidak penting bagi pembangunan ekonomi. Sebagaimana Nurkse kemukakan, pembangunan ekonomi berkaitan dengan perubahan yang berkesinambungan.

3. Pendapat Schumpeter bahwa perubahan siklis merupakan akibat inovasi juga tidak benar. Kenyataanya, fluktuasi siklis bisa karena sebab-sebab psikologis, natural, dan finansial.

4. Schumpeter menganggap inovasi sebagai sebab utama pembangunan ekonomi. Tapi ini jauh dari kenyataan. Pembangunan ekonomi tidak hanya bergantung pada inovasi tetapi juga pada banyak perubahan ekonomi dan sosial lain.

5. Schumpeter dalam teorinya terlalu banyak menekankan pentingnya kredit bank. Kredit bank mungkin memang penting dalam jangka pendek ketika perusahaan industri mendapatkan fasilitas kredit dari bank. Tetapi dalam jangka panjang, ketika kebutuhan akan dana modal semakin besar, kredit bank tidak memadai lagi. Karenya , bagian-bagian bisnis harus menerbitkan saham dan surat utang baru di pasar modal.

6. Analisa Schumpeter mengenai proses peralihan dari kapitalisme ke sosialisme tidak benar. Dia tidak menganalisa bagaimana suatu masyarakat kapitalis berubah menjadi sosialis. Dia menyatakan secara naif bahwa kerangka kelembagaan masyarakat kapitalis berubah dengan adanya perubahan pada fungsi-fungsi pengusaha. Analisanya mengenai berakhirnya kapitalisme agak emosional dari pada riil. Akhirnya Meier dan Baldwin berpendapat “Analisa sosio-ekonomi Schumpeter yang luas mengenai proses kapitalis secara umum mengagumkan. Namun demikian hanya sedikit orang yang bersedia menerima kesimpulannya.


Analisis-analisis Schumpeter tentang pertumbuhan ekonomi hanya bisa diterima di negara maju saja, sedangkan di negara terbelakang tidak bisa diterapkan. Berikut rincian mengenai teori Schumpeter mengenai negara terbelakang:

1. Perbedaan tatanan sosio-ekonomi
Teori Schumpeter berkaitan dengan tatanan sosio – ekonomi tertentu yang ada di Eropa Barat dan Amerika pada abad ke-18 dan 19. Pada masa itu, sudah ada beberapa prasyarat pertumbuhan. Di negara terbelakang, kondisi sosio-eknominya sama sekali berbeda dan tidak ada prasyarat pembangunan dalam bentuk overhead ekonomi dan sosial.

2. Kurangnya Kewiraswastaan
Analisa Schumepeter bergantung pada adanya kaum pengusaha.akan tetapi, negara terbelakang kekurangan jiwa wiraswasta yang memadai. Pada perekonomian seperti itu, rendahnya harapan laba dan keadaan teknologi tidak mendorong investasi yang bersifat inovasi pada pabrik dan peralatan baru. Selain itu kurangnnya tenaga yang memadai, angkutan, tenaga terampil, dan lain-lain bertindak sebagai penghambat kegiatan wiraswasta.

3. Tidak dapat diterapkan pada Negara Sosialis.
Analisa Schumpeter tidak dapat diterapkan pada mayoritas negara terbelakang yang mempunyai kecenderungan sosialis. Sebagai contoh, langkah jaminan sosial dan penerapan pajak pendapatann progresif yang tinggi bertentangan dengan perkembangan golongan pengusaha karena hal itu cenderung mengurangi laba.

4. Tidak dapat diterapka pada ekonomi campuran.
Inovator (versi Schumpeter) adalah pengusaha swasta yang tidak sesuai dengan ekonomi campuran masa kini. Di negara terbelakang , pemerintah adalah pengusaha yang paling besar. Dorongan utama bagi pembangunan datang dari sektor negara dan semi negara. Jadi, inovator (menurut Shumpeter) mempunyai peranan yang terbatas untuk bermain di suatu negara terbelakang.

5. Yang dibutuhkan adalah Perubahan Kelembagaan, bukan inovasi.
Untuk memulai proses pembangunan dan membuatnya ‘berdikari’, yang diperlukan bukannya inovasi saja tetapi kombinasi dari beberapa faktor seperti struktur organisasi, praktek bisnis, tenaga yang termpil dan nilai-nilai, sikap dan motivasi yang tepat.

6. Asimilasi Inovasi
Menurut Henry Walich, proses pembangunan di negara terbelakang didasarkan tidak pada inovasi tetapi pada asimilasi atas inovasi tetapi pada asimilasi atas inovasi yang ada. Karena, pengusaha di negara terbelakang tidak berada dalam posisi mengadakan inovasi. Malah mereka mengambil inovasi yang terjadi di negara maju.

7. Mengabaikan Konsumsi.
Proses Schumpeter ‘berorientasi produksi’ sementara proses pembangunan ‘berorientasikan konsumsi’. Penilaian ini sekarang terlihat pada adanya kecenderungan menuju negara kesejahteraan di mana permintaan dan konsumsi memainkan peranan penting.

8. Mengabaikan Tabungan
Penekanan utama Schumpeter pada kredit bank mengabaikan arti tabungan rill dalam investasi. Hal itu juga mengurangi arti penting anggaran belanja defisit, tabungan anggaran kerja, kredit umum dan langkah fiskal lainnya dalam pembangunan ekonomi.

9. Mengabaikan pengaruh eksternal
Menurut Schumpter,pembangunan merupakan hasil dari perubahan yang muncul dari dalam perekonomian. Tetapi di negara terbelakang perubahan itu tidak terjadi dari dalam perekonomian, malahan perubahan tersebut adalah hasil dari gagasan, teknologi, dan modal yang diimpor. Teknologi yang terbelakang, tabungan potensial yang rendah dan lembaga sosial, ekonomi dan politik yang ketinggalan zaman. Tidak mampu mendorong pembangunan dari dalam.

10. Mengabaikan Pertumbuhan Penduduk
Schumpeter lalai mempertimbangkan dampak pertumbuhan penduduk pada pembangunan ekonomi suatu negara. Tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi cenderung menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sedang berkembang.

11. Penjelasan yang tak memuaskan mengenai tekanan inflasi.
Pada sistem Schumpeter, gerakan inflasi merupakan bagian integral dari proses pembangunan, tetapi gerakan tersebut tidak mencakup inflasi jangka panjang. Tingkat harga jangka panjang tetap stabil. Namun demikian, dalam ekonomi terbelakang bebas inflasi sangat kuat. “Permintaan sosial yang bekerja melalui saluran serikat buruh dan politik berusaha untuk mengeduk lebih banyak daripada yang dapat dihasilkan oleh perekonomian itu sendiri melalui produksi domestik dan perdagangan internasional. Bukan hanya pembangunan dan investasi terkait yang menjadi penyebab kecenderungan inflasi, tetapi seluruh iklim sosial dari perekonomian yang berorientasi permintaan”.





Sumber:

http://gigokah.blogspot.com/2013/11/teori-pembangunan-ekonomi-menurut.html
http://jelonsa.blogspot.com/2012/06/teori-schumpeter-pembangunan-ekonomi.html
http://sepengetahuan-ku.blogspot.com/2013/04/teori-inovasi-schumpeter-dalam.html
http://www.bimbie.com/teori-ekonomi-keynesian.htm
http://nextgeneration2010.wordpress.com/2009/07/12/teori-pertumbuhan-schumpeter/
http://siinonakecil.blogspot.com/2012/05/teori-schumpeter.html

No comments:

Post a Comment