Wednesday, October 30, 2013

Cerpen "Pilihan"

“Apa kau tidak ragu dengan pilihanmu sekarang?”

Aku berhenti meneguk iced chocolate yang ku pesan setelah mendengar sebuah pertanyaan yang terlontar dari mulut seorang temanku. Saat itu kami berdua sedang duduk sambil menikmati donat dan minuman di sebuah toko donat. Rencananya besok dia akan berangkat ke luar kota untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi negeri, karena itu dia sengaja mentraktirku dan kami pun berbincang-bincang. Yah, hitung-hitung salam perpisahan.

“Maksudmu?” Aku malah balik bertanya, walaupun sebenarnya aku tahu apa yang ingin dia tanyakan.

Dini, temanku itu, menyeruput iced avocado yang dia beli dan berkata, “Padahal dengan kepintaran yang kau miliki, seharusnya kau bisa diterima di PTN melalui jalur SBMPTN tertulis. Tapi kau malah memutuskan untuk tidak mendaftar dan langsung menerima beasiswa dari perguruan tinggi swasta itu, apa tidak apa-apa?”

Bukannya menjawab, aku malah tertawa kecil dan berpaling menatap laptopku (kami berdua membawa laptop masing-masing untuk mentransfer beberapa data dan… menikmati fasilitas wifi gratis dari toko yang kami singgahi itu).

"Kenapa kau malah tertawa?" Alis Dini terangkat.

"Tidak apa-apa," jawabku, mataku masih terpancang ke layar monitor. "Padahal aku yang akan menjalani hidupku sebagai mahasiswi di sana, tapi kenapa kau dan teman-teman yang lain malah meributkan keputusanku ini?"

"Entahlah, kami hanya menyayangkan pilihanmu itu. Maksudku, kami yang tidak sepintar kau saja bisa masuk ke PTN. Tapi kenapa kau menyerah begitu saja dan tidak berusaha lebih keras?"

"Dini." Aku memanggil nama temanku itu. "Aku bukannya menyerah dan tidak berusaha, tapi aku percaya kalau ini adalah salah satu jalan yang diberikan Tuhan untukku. Tidak semua yang kita inginkan adalah sesuatu yang benar-benar kita butuhkan bukan? Dan aku percaya kalau Tuhan selalu memberikan jalan yang terbaik bagi hamba-Nya."

Dini mengaduk minumannya dengan canggung. "Iya, aku tahu itu..."

"Seseorang pernah berkata padaku, 'In order to achieve something, you must sacrifice something.' Kalau kau menginginkan sesuatu, kau harus mengorbankan sesuatu. Untuk apa aku menyia-nyiakan sesuatu yang sudah jelas terbentang di depan mata hanya untuk sesuatu yang belum tentu bisa kita dapatkan? Kau tahu sendiri kalau perjuangan untuk masuk ke PTN sangatlah sulit, lagipula beasiswa ini bisa meringankan beban orangtuaku dalam hal keuangan."

Akhirnya aku mengalihkan pandanganku dari laptop ke arah Dini, ku sunggingkan seutas senyum simpul padanya. "Tenanglah, aku akan belajar sungguh-sungguh dan meraih IPK yang tinggi. Akan ku buktikan padamu, pada orangtuaku, dan pada semua orang kalau aku tetap bisa bersinar di universitasku yang sekarang. Aku akan tunjukkan bahwa perguruan tinggi swasta tidak kalah baik jika dibandingkan dengan PTN."





*) Based from the true story

No comments:

Post a Comment